Obat Nabati Untuk Kesehatan

Kesehatan mempunyai peranan penting bagi kehidupan kita.
Tanpa kesehatan kita tak dapat hidup dengan baik. Karena itu kita perlu mengupayakan agar tubuh kita selalu sehat, sehingga kita dapat hidup normal. Untuk dapat hidup sehat kita harus berperilaku bersih,sebab segala bentuk kekotoran pada diri atau lingkungan kita merupakan sumber gangguan kesehatan. Di samping itu kitapun perlu selalu hidup teratur, karena tanpa keteraturan ini fungsi organ-organ tubuh kita akan tidak teratur pula, yang selanjutnya akan mengganggu kesehatan kita. Dalam hal ini misalnya kita perlu secara teratur bergerak, berolah raga serta beristirahat dengan cukup, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup serta berimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita, tidak merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol dan sebagainya (1). Namun bagaimanapun jika kita mendapat kan gangguan kesehatan, maka kita perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, antara lain dengan meneliti kembali kehidupan kita yang sudah berjalan, apakah ada yang tidak sesuai dengan hal-hal diatas, jika ada hal-hal yang demikian itu adakanlah koreksi seeperlunya Dan apabila diperlukan gunakan obat-obatan, apakah obat farmasetik ataukah obat nabati. Bagi masyarakat yang berkecukupan umumnya lebih mengarah kan pilihannya ke obat farmasetik atau yang lebih terkenal dengan obat kimia atau obat modern. Namun seperti kita ketahui masyarakat di dunia Barat beramai-ramai melaksanakan gerakan kembali ke alam atau “ back to nature”, sebagai akibat sering dialaminya efek samping dengan penggunaan obat kimia.

Efek samping obat dari bahan nabati lebih kecil.
Bahwa efek samping obat nabati itu lebih kecil dari pada obat kimia dapat dikemukakan beberapa contoh misalnya, akar pulai pandak (Rauvolfia serpentina ) dibandingkan dengan reserpina, zat kimia kandungannya, kulit batang kina dibandingkan dengan kinina yang dikandungnya atau daun kecubung dibandingkan dengan atropina, zat kandungannya. Di samping itu khasiat obat alami dapat lebih besar dari pada obat kimia. Hal-hal tersebut menurut alm. R.B.Sutrisno disebabkan oleh adanya kandungan zat-zat lain yang dapat mengurangi efek samping dan meningkatkan khasiat obat nabati tersebut dari pada zat kimia yang dikandungnya, misalnya :
1)Digitoksin dan verodoksin merupakan zat-zat kandungan daun digitalis. Jika 6 bagian digitoksin dicampur dengan 4 bagian verodoksin untuk pengobatan, ternyata eefek terapinya setara dengan efek terapi 10 bagian digitoksin, sedang efek sampingnya lebih kecil.
2)Akar pulai pandak yang mengandung zat reserpina atau zat reserpina itu sendiri keduanya digunakan untuk pengobatan hipertensi. Ter nyata 250 mg serbuk akar pulai pandak (mengandung ¼ mg reserpina) efek terapinya sama dengan efek terapi 1 mg reserpina, berarti efek terapinya 4 x lebih besar.Dan efek sampingnya lebih kecil.
3)Jika seseorang mengkonsumsi daging buah durian adakalanya orang tersebut mabuk, karena keracunan. Peristiwa tersebut dapat dinetralkan (disembuhkan) jika penderita meminum air cucian lekukan kulit buah durian yang bersangkutan. Bahkan air cucian tersebut dapat menetralkan bau buah durian yang harum memuakkan itu.

Perlu diketahui setiap simplisia (bahan obat alam) atau tumbuhan obat selalu mengandung sejumlah zat, baik yang secara farmakologik aktif maupun inaktif. Diantara zat-zat aktif tersebut merupakan senyawa turunan inti molekul tertentu, seperti misalnya kulit batang kina (Cinchonae Cortex) mengandung kurang lebih 20 macam alkaloid, yang beberapa diantaranya telah diketahui rumus bangunnya, yakni kinina, kinidina, sinkonina dan sinkonidina (2). Keempatnya merupakan senyawa turunan inti kinolina, berarti dalam molekulnya terdapat molekul kinolina tersebut. Jadi jika simplisia atau ekstrak totalnya digunakan untuk pengobatan, maka semua zat-zat kandungan tersebut saling berantaraksi, sehingga khasiatnya merupakan resultante antar aksi tersebut. Webster,LT dalam buku Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutic Edisi ke 7,1985 menyatakan bahwa masing-masing zat kandungan aktif suatu simplisia aktivitas biologiknya secara kualitatif sama, namun secara kuantitatif berbeda, berarti macam khasiat dan efek sampingnya sama, namun besarnya berbeda, sehingga resultantenya dapat meningkatkan khasiat namun memperkecil efek samping, seperti beberapa contoh yang telah dikemukakan.

Bahan obat nabati lebih banyak digunakan
Obat alami dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan atau mineral (pelikan). Namun di Indonesia sumber bahan obat alami yang hampir selalu kita jumpai di mana-mana adalah tumbuhan. Tumbuhan dapat bersifat sebagai bahan makanan, obat atau bersifat sebagai racun.Tumbuhan yang bersifat racun seyogyanya kita hindari.

Khasiat itu berasal dari bagian-bagian tumbuhan yang bersangkutan, seperti seluruh bagian tumbuhan yang terdapat di atas permukaan tanah yang sering disebut herba, juga akar, rimpang, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah atau biji tergantung pada kadar zat berkhasiat, tergantung kadar zat berkhasiat yang kita perlukan.
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan tadi dapat dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan. Bagian tumbuhan yang segar dapat langsung digunakan dalam bentuk lumatannya atau perasan lumatan tersebut. Sedang bagian tumbuhan yang telah dikeringkan dapat digunakan dalam bentuk rebusan atau seduhannya, atau sediaan-sediaan padat, yang disiapkan dari ekstrak bahan-bahan yang telah dikeringkan tersebut, misalnya pil, tablet, kapsul dan sebagainya.

Tumbuhan obat ada yang berkhasiat keras, yakni yang dengan jumlah yang kecil saja telah menunjukkan kegunaannya dan jika takaran tersebut dilampaui dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita. Untuk bahan-bahan seperti ini kita perlu bertindak dengan cermat dan hati-hati, artinya kita perlu mengkaji takaran yang dapat memberikan manfaat pada tubuh sebagaimana yang kita harapkan, tetapi memberikan dampak negatif sekecil-kecilnya.
Bagian-bagian tumbuhan tersebut diambil pada saat yang tepat, agar kandungan zat berkhasiat dalam bahan tersebut terdapat dalam jumlah yang maksimal, misalnya herba atau daun dipanen dari tumbuhan yang banyak mendapat sinar matahari, pada saat tumbuhan tersebut berbunga dan di saat-saat asimilasi maksimal, yakni kurang lebih jam 09.00. Akar atau rimpang pada saat akhir musim kemarau, pada saat pertumbuhan terhambat atau ter henti. Kulit batang dikumpulkan pada musim penghujan, yakni pada saat tumbuhan bertunas. Bunga dipanen pada saat menjelang atau tepat terjadi nya penyerbukan, sedang buah atau biji pada saat buah telah masak (3,4).

Berdasarkan kandungan zat berkhasiatnya bagian-bagian tumbuhan tadi dapat bermanfaat sebagai obat penambah nafsu makan, obat untuk memper baiki pencernaan, obat untuk tonika, menghilangkan nyeri, obat untuk memperlancar air seni atau diuretik, obat kencing manis atau diabetes melitus, obat tekanan darah tinggi atau hipertensi, pengobatan bengkak, obat pelindung lever atau yang sering disebut “hepatoprotector”, obat kencing ba tu, obat mencret atau diare dan sebagainya (5). Bahkan bagian tumbuhan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh atau yang bersifat sebagai imuno stimulator diperkirakan dapat mengobati penyakit infeksi maupun kanker (6,8). Belakangan ada pula upaya untuk menemukan tumbuhan yang dapat menjadi sumber obat HIV-AIDS (7). Di negara lain misalnya Cina selain tumbuhan bahan-bahan dari hewan dan mineralpun telah banyak pula yang digunakan dalam pengobatan, misalnya tanduk rusa dan gips. Jelaslah obat-obat alami dapat berperan pula dalam pemeliharaan kesehatan tubuh kita. Karena itu janganlah kita mengabaikannya, sebab mengabaikan obat alami berarti mengurangi sarana untuk menyehatkan tubuh kita. Sedang jika memperhatikannya, maka dalam keadaan sulit, misalnya kesulitan ekonomi, kita masih mampu bertindak untuk mengatasi gangguan kesehatan yang sedang kita hadapi.

Penutup.
Demikianlah telah diuraikan sekilas mengenai peranan obat nabati, lt pada kesehatan tubuh kita. Telah pula diuraikan bagaimana efek samping dan khasiat obat nabati itu jika kita bandingkan dengan obat kimia. Ternyata obat nabati lebih kecil efek sampingnya dan lebih besar khasiatnya dari pada obat kimia. Jelas bahwa memanfaatkan obat nabati ketika kita sedang mengalami gangguan kesehatan bukanlah suatu tindakan yang salah, hanya saja perlu kita lakukan dengan cermat, yakni untuk obat nabati harus kita pilih tumbuhannya dengan tepat, kapan mengambil bahan yang kita perlukan, bagaimana mengolahnya menjadi obat dan bagaimana pula cara menggunakannya, berapa takarannya. Jika semuanya telah kita lakukan dengan benar dan tepat maka akan kita peroleh manfaat yang kita harapkan.(Djoko Hargono)

PUSTAKA
1.Anderson, Clifford R.,MD.,Petunjuk Modern Kepada Kesehatan,Indonesia Publishing House, Bandung,Indonesia,1975.
2. D.Hargono, Efek Samping Obat Dari Bahan Alam Lebih Kecil Daripada Efek Samping Obat Kimia Murni, Cermin Dunia Farmasi, Edisi Khusus Cermin Dunia Kedokteran, No.28,1996.
3. Departemen Kesehatan RI, Cara Pembuatan Simplisia, 1985.
4. Tyler,Varro E.,Ph.D et al., Pharmacognosy, Seventh Edition, Lea & Febiger,Philadelphia,1977.
5. Talalaj, S. Prof. & Czechowicz, A.S. Dr., Herbal Remedies, Harmful and Beneficial Effects, Hill Of Content, Melbourne, 1989.
6. Wagner, Heldebert, University of Munich, West Germany (BRD), Immunostimulants of Fungi and Higher Plants Definition, Scope and Aims of Immunostimulants, 1984.
7. World Heallth Organization, Herba Andrographidis, The Final WHO Drafts Monographs on Selected Medicinal Plants Volume II, WHO Geneva, 1999.
8. Yance,D.R. et al, Herbal Medicine Healing & Cancer, A Comprehensive Program for Prevention and Treatment, Keats Publishung, a division of NTC / Contemporary Publishing Group,Inc.,4255 Touhy Avenue, Lincolnwood (Chicago),Illinois 60646,1975 USA, 1999.